Insiden yang menimpa admin medsos wali kota Surabaya pada tahun 2025 menjadi salah satu topik terhangat di dunia maya. Sebuah video siaran langsung yang tidak sengaja merekam percakapan di balik layar membuat publik heboh dan menyoroti etika digital di lingkungan pemerintahan. Meski terlihat sepele, kasus ini menjadi titik balik penting bagi banyak pihak terutama soal bagaimana tim komunikasi publik daerah bekerja, bagaimana reputasi pemerintah bisa terguncang karena hal kecil, dan bagaimana media sosial kini berperan penting dalam menjaga citra seorang pemimpin.
Dalam konteks era digital saat ini, di mana hampir semua aktivitas pemerintahan terekam dan bisa disiarkan langsung ke publik, peran admin media sosial menjadi krusial. Mereka bukan sekadar operator unggahan, tetapi juga jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Kasus admin medsos wali kota Surabaya memperlihatkan bahwa satu kesalahan kecil bisa berdampak besar terhadap persepsi publik, apalagi jika terjadi pada akun resmi seorang pejabat publik yang memiliki jutaan pengikut.
Latar Belakang Kasus dan Kronologi Lengkap
Sebelum membahas dampak dan pelajaran yang dapat diambil, mari kita memahami dulu bagaimana insiden ini bisa terjadi. Pada awal 2025, sebuah video siaran langsung dari akun resmi milik Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, viral di berbagai platform media sosial. Video tersebut memperlihatkan aktivitas lapangan sang wali kota bersama jajaran dinas dalam agenda rutin.
Namun, yang menjadi perhatian publik bukanlah isi kegiatan tersebut, melainkan potongan audio di balik layar. Saat sesi live belum dimatikan sepenuhnya, terdengar suara admin yang sedang bercanda dengan timnya. Dalam video yang beredar luas, terdengar ucapan “epok-epok keliling” yang memicu berbagai interpretasi publik, dianggap menggambarkan seolah kegiatan tersebut diskenariokan.
Tak butuh waktu lama, potongan video itu menyebar luas dan menjadi bahan pembicaraan di Surabaya hingga nasional. Banyak warga menganggap hal itu tidak pantas muncul dari tim komunikasi pejabat publik. Namun, ada juga yang menilai bahwa kejadian tersebut hanyalah kekeliruan teknis dan manusiawi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi merespons cepat. Ia mengakui bahwa hal tersebut memang terjadi di bawah kendali timnya, namun ia memilih untuk tidak menghukum, melainkan memberikan ruang pembinaan. Sang admin, yang masih muda, bahkan sempat mengajukan surat pengunduran diri, tetapi ditolak oleh wali kota. “Kesalahan itu wajar, yang penting mau memperbaiki diri,” ujar Eri dalam konferensi pers di Balai Kota.
Mengapa Kasus Ini Jadi Sorotan Nasional

Fenomena admin medsos wali kota Surabaya menjadi sorotan nasional bukan hanya karena sifatnya yang viral, melainkan karena ini menyangkut reputasi dan transparansi pemerintahan. Di era digital, akun resmi pejabat publik adalah wajah pemerintahan itu sendiri.
Ada beberapa alasan utama mengapa kasus ini menarik perhatian:
- Media sosial pemerintahan kini bersifat publik penuh.
Setiap unggahan, komentar, dan siaran langsung bisa dilihat siapa pun dan diabadikan kapan pun. - Masyarakat makin kritis terhadap konten digital pejabat.
Publik kini tak lagi sekadar melihat kegiatan, tetapi menilai keaslian dan transparansi di balik konten tersebut. - Menunjukkan tantangan etika digital di birokrasi.
Banyak pegawai muda yang memahami dunia digital, namun belum tentu memahami sensitivitas komunikasi publik. - Menjadi cermin hubungan antara generasi muda dan birokrasi.
Kasus ini menunjukkan benturan budaya kerja antara struktur formal pemerintahan dan gaya komunikasi anak muda yang lebih spontan.
Akibatnya, bukan hanya admin yang menjadi sorotan, tetapi juga sistem komunikasi internal pemerintahan Kota Surabaya.
Dampak Langsung terhadap Pemerintahan Kota Surabaya
Setelah kejadian itu, Pemerintah Kota Surabaya langsung melakukan evaluasi besar-besaran terhadap tata kelola akun resmi media sosial wali kota dan jajaran dinas. Beberapa dampak langsung yang terlihat antara lain:
- Peningkatan prosedur pengawasan digital. Setiap konten kini harus melalui proses penyuntingan dan verifikasi ganda sebelum tayang.
- Pembuatan SOP siaran langsung (live broadcast). Tim diwajibkan melakukan pengecekan suara, kamera, dan privasi sebelum menekan tombol “Live”.
- Pelatihan ulang bagi seluruh admin medsos. Langkah ini dilakukan agar setiap anggota memahami tanggung jawab etis dan hukum yang menyertai konten pemerintahan.
- Penguatan peran Humas Pemkot. Kini fungsi humas tidak hanya sebagai pengelola komunikasi formal, tetapi juga pengarah narasi digital.
Langkah-langkah ini mendapat apresiasi publik karena menunjukkan bahwa pemerintah Surabaya belajar cepat dan tidak menutup diri terhadap kritik.
Tantangan Etika Digital di Pemerintahan
Kasus admin medsos wali kota Surabaya menjadi refleksi penting tentang betapa krusialnya etika digital dalam lingkup pemerintahan. Banyak instansi publik kini menggunakan media sosial untuk menyampaikan kebijakan, menampilkan kegiatan, bahkan menanggapi keluhan warga secara langsung. Namun, di sisi lain, belum semua instansi memiliki panduan perilaku digital yang kuat.
Etika digital dalam konteks pemerintahan mencakup hal-hal berikut:
- Keterbukaan tanpa kehilangan profesionalitas.
Pemerintah perlu terbuka kepada publik, tapi tetap menjaga batas komunikasi resmi. - Kontrol narasi dan emosi.
Admin media sosial harus mampu memilah antara percakapan santai dan komunikasi publik yang bisa memengaruhi persepsi. - Tanggung jawab sosial digital.
Semua unggahan harus mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat, terutama jika menyangkut isu sensitif.
Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ini bisa mengubah wajah pemerintahan di mata publik, bahkan ketika kesalahan itu tidak disengaja.
Reaksi Masyarakat dan Media
Reaksi publik terhadap kejadian ini sangat beragam. Sebagian warga menilai hal ini sebagai “kesalahan manusiawi” yang tidak perlu dibesar-besarkan, sementara yang lain menganggapnya sebagai cermin lemahnya kontrol di tingkat birokrasi digital.
Media nasional dan lokal seperti Radar Surabaya dan iNews Jatim menyoroti pernyataan bijak dari Wali Kota Eri Cahyadi yang menolak untuk menghukum admin tersebut. Banyak pihak menilai bahwa langkah Eri menunjukkan kepemimpinan yang empatik dan membina, bukan sekadar mencari kambing hitam.
Publik juga mengapresiasi bagaimana tim Pemkot Surabaya membuka ruang dialog. Mereka melakukan klarifikasi publik secara terbuka dan menjelaskan kronologi yang sebenarnya, sehingga tidak muncul spekulasi liar.
Kasus ini akhirnya menjadi ajang pembelajaran bagi banyak pihak—baik pemerintah, media, maupun masyarakat—tentang pentingnya kedewasaan dalam menyikapi isu viral di dunia maya.
Pelajaran yang Bisa Diambil dari Kasus Ini
Jika dilihat dari sisi positif, admin medsos wali kota Surabaya memberi banyak pelajaran berharga yang bisa diterapkan oleh instansi lain di Indonesia:
- Kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
Selama ditangani dengan jujur dan transparan, kesalahan dapat menjadi momentum untuk memperbaiki sistem. - Perlunya SOP digital yang kuat.
Pemerintahan wajib memiliki panduan tertulis untuk aktivitas online, terutama yang melibatkan interaksi langsung dengan publik. - Pentingnya pembinaan SDM muda di birokrasi.
Generasi muda yang menguasai teknologi harus didampingi dengan pelatihan komunikasi publik agar sejalan dengan etika pemerintahan. - Transparansi meningkatkan kepercayaan publik.
Respon terbuka dari Pemkot Surabaya justru menumbuhkan simpati masyarakat dan mengembalikan citra positif. - Media sosial sebagai sarana edukasi, bukan pencitraan.
Seperti yang diungkapkan Wali Kota Eri, “media sosial itu alat edukasi untuk menyebarkan kebaikan, bukan panggung pencitraan.”
Bagaimana Pemerintah Daerah Lain Bisa Belajar dari Surabaya
Setelah peristiwa ini, banyak daerah lain yang mulai meninjau ulang cara mereka mengelola akun resmi pemerintahan. Pemerintah kabupaten, kota, hingga kementerian kini berlomba memperbaiki tata kelola digital.
Beberapa langkah yang bisa ditiru antara lain:
- Membentuk tim digital profesional.
Tidak semua staf bisa mengelola media sosial; dibutuhkan keahlian komunikasi dan pemahaman etika publik. - Menetapkan crisis protocol digital.
Setiap instansi harus tahu apa yang harus dilakukan jika muncul kesalahan atau konten viral negatif. - Menjaga keseimbangan antara spontanitas dan kontrol.
Media sosial harus tetap humanis, tetapi tidak boleh kehilangan arah pesan resmi pemerintah. - Menjalin kerja sama dengan media lokal.
Jika terjadi miskomunikasi digital, media lokal bisa membantu memberikan konteks yang seimbang.
Langkah-langkah ini terbukti efektif menjaga reputasi pemerintah daerah di mata publik sekaligus memperkuat kedekatan dengan warganya.
Kasus admin medsos wali kota Surabaya bukan sekadar cerita viral di dunia maya. Ia menjadi pelajaran berharga tentang profesionalisme, etika, dan tanggung jawab dalam pengelolaan media sosial pemerintahan. Di era digital, satu kesalahan kecil dapat memicu dampak besar terhadap reputasi, tetapi satu respons bijak dapat memulihkan kepercayaan publik dengan cepat.
Wali Kota Eri Cahyadi memilih pendekatan manusiawi dengan menolak pengunduran diri admin yang viral dan mengajaknya belajar. Sikap ini menunjukkan bahwa kesalahan bisa menjadi jembatan menuju kedewasaan profesional. Dengan langkah evaluasi, pelatihan, dan transparansi, Surabaya kini menjadi contoh bagi banyak daerah lain dalam membangun komunikasi publik yang jujur, modern, dan penuh nilai kemanusiaan.
FAQ
1. Apa penyebab utama kasus admin medsos wali kota Surabaya viral?
Video siaran langsung yang tidak sengaja merekam percakapan di balik layar membuat publik salah paham dan menilai ada unsur rekayasa kegiatan pemerintahan.
2. Bagaimana reaksi Wali Kota Eri Cahyadi terhadap kejadian tersebut?
Ia menolak pengunduran diri admin, memilih memberikan pembinaan, dan menjadikan peristiwa itu sebagai proses pendewasaan bagi tim.
3. Apakah admin tersebut masih bekerja di Pemkot Surabaya?
Admin dinonaktifkan sementara untuk evaluasi, namun belum diberhentikan secara permanen.
4. Apa langkah evaluasi yang dilakukan Pemkot Surabaya?
Dibentuk SOP baru untuk siaran langsung, pelatihan etika digital bagi tim, serta peningkatan kontrol komunikasi publik.
5. Apa pelajaran penting bagi daerah lain dari kasus ini?
Setiap instansi pemerintah harus memiliki sistem manajemen media sosial yang profesional, transparan, dan beretika agar kepercayaan publik tetap terjaga.


