Keputusan strategis dari rups Bank Raya 2025 menjadi sorotan publik setelah Perseroan menyepakati rencana pembelian kembali saham atau buyback senilai maksimal Rp20 miliar. Agenda ini disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar di Jakarta pada Rabu, 25 Juni 2025. Menariknya, buyback tersebut tak hanya dimaksudkan sebagai aksi korporasi biasa, namun diarahkan sepenuhnya untuk memperkuat engagement dan ownership para pekerja dan manajemen melalui program kepemilikan saham.
Sebagai anak usaha dari BRI Group yang fokus pada transformasi digital, Bank Raya memanfaatkan momentum ini untuk menegaskan komitmennya dalam mendorong efisiensi, daya saing, serta menciptakan tempat kerja yang atraktif bagi talenta terbaik. Di saat yang sama, keputusan ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya lebih awal program buyback saham tahun 2024, dan menjadi kelanjutan dalam rencana strategis jangka panjang perusahaan.
RUPST tahun ini dihadiri oleh para pemegang saham yang mewakili 89,54 persen dari total saham yang beredar. Dalam forum tersebut, manajemen juga mendapatkan persetujuan penuh untuk sejumlah agenda penting lain, termasuk penguatan tata kelola perusahaan, penyesuaian anggaran dasar, serta pembaruan susunan jajaran Dewan Komisaris dan Direksi.
Strategi Buyback Saham sebagai Wujud Kepemilikan Bersama
Keputusan untuk menjalankan program buyback saham senilai Rp20 miliar bukanlah tanpa alasan. Menurut Direktur Utama Bank Raya, Ida Bagus Ketut Subagia, langkah ini merupakan strategi jangka panjang untuk mendorong keterlibatan langsung karyawan dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan.
Saham hasil pembelian kembali tersebut nantinya akan digunakan dalam skema Program Kepemilikan Saham Pekerja dan/atau Manajemen (Employee and Management Stock Ownership Program). Harapannya, melalui program ini, pekerja memiliki sense of belonging yang lebih kuat dan terdorong untuk berkontribusi secara maksimal.
Program buyback ini akan dijalankan secara bertahap dan ditargetkan selesai dalam waktu maksimal 12 bulan sejak disetujuinya RUPST Bank Raya AGRO 2025. Hal ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya program tahun 2024 yang sebelumnya disepakati dalam RUPSLB pada 21 Agustus 2024.
Dukungan Penuh Pemegang Saham untuk Agenda Perusahaan
Agenda utama dalam RUPST Bank Raya 2025 bukan hanya soal buyback saham, melainkan juga menyangkut persetujuan terhadap laporan keuangan 2024. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sungkoro & Surja itu memperoleh opini wajar tanpa pengecualian. Ini menunjukkan transparansi dan tata kelola keuangan yang baik.
Pemegang saham juga menyetujui pemberlakuan Peraturan Menteri BUMN RI Nomor PER-2/MBU/03/2023 sebagai acuan tata kelola dan kegiatan korporasi signifikan. Perubahan anggaran dasar dilakukan sebagai bentuk penyesuaian terhadap ketentuan terbaru yang berlaku.
Langkah ini dianggap sebagai bentuk nyata dari rups bank raya 2025 dalam meningkatkan tata kelola perusahaan dan memperkuat manajemen risiko, agar mampu menjawab tantangan industri keuangan digital yang dinamis dan penuh persaingan.
Susunan Baru Dewan Komisaris dan Direksi Bank Raya
RUPST juga menyepakati perubahan penting dalam jajaran pengurus. Susunan terbaru Dewan Komisaris dan Direksi diharapkan bisa memberikan energi baru dan kepemimpinan yang kuat untuk menghadapi tantangan transformasi digital.
Dewan Komisaris:
- A. Komisaris Utama: Muhamad Sidik Heruwibowo
- B. Komisaris Independen: Johanes Kuntjoro Adisardjono
- C. Komisaris Independen: Retno Wahyuni Wijayanti
- D. Komisaris: Nyimas Dewi Ratih Kamil
Direksi:
- A. Direktur Utama: Ida Bagus Ketut Subagia
- B. Direktur Keuangan: Rustarti Suri Pertiwi
- C. Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan dan SDM: Danar Widyantoro
- D. Direktur Bisnis: Kicky Andrie Davetra
- F. Direktur Digital & Operasional: Lukman Hakim
Perubahan struktur ini merupakan bagian dari rencana strategis jangka panjang Perseroan agar mampu lebih adaptif dalam membangun ekosistem perbankan digital yang lebih kompetitif dan inklusif.
Komitmen Menuju Bank Digital yang Tangguh dan Sehat
Bank Raya, sebagai bagian dari BRI Group, terus menunjukkan komitmennya untuk tumbuh menjadi bank digital yang tangguh dan sehat. Aksi buyback yang disetujui dalam rups bank raya 2025 menjadi wujud nyata dari strategi jangka panjang, di mana pemberdayaan karyawan menjadi salah satu pilar utama.
Keputusan strategis tersebut mempertegas arah transformasi yang bukan hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada peningkatan kapabilitas SDM dan budaya kerja yang kolaboratif. Buyback ini sekaligus menciptakan sinyal kuat bagi investor tentang stabilitas dan arah pertumbuhan perusahaan.
Arah Kebijakan Risiko dan Tata Kelola Lebih Transparan

RUPS Bank Raya 2025 juga menyoroti pentingnya penguatan aspek risiko dan tata kelola perusahaan. Dalam forum tersebut, manajemen menegaskan pentingnya menjalankan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kegiatan korporasi, terutama yang berdampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha.
Persetujuan terhadap Rencana Aksi Pemulihan (Recovery Plan) juga menunjukkan bahwa Perseroan memiliki kesiapan menghadapi berbagai potensi risiko. Rencana ini mencakup skenario krisis dan langkah-langkah penyelamatan yang telah dirancang secara sistematis dan profesional.
Visi Jangka Panjang dan Proyeksi Kinerja
Dengan landasan keputusan strategis dari rups bank raya 2025, manajemen optimis terhadap proyeksi kinerja ke depan. Fokus tidak hanya pada pertumbuhan aset atau volume transaksi, tetapi juga pada keberlanjutan, efisiensi, dan penguatan struktur modal.
Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential banking), pemanfaatan teknologi digital secara masif, dan pendekatan human capital menjadi faktor-faktor penentu keberhasilan. Bank Raya juga akan terus mendukung agenda inklusi keuangan nasional, terutama di sektor digital.
RUPS Bank Raya 2025 menjadi tonggak penting dalam perjalanan strategis perusahaan. Dengan disetujuinya program buyback senilai Rp20 miliar, penguatan tata kelola, serta restrukturisasi manajemen, Bank Raya memperkuat posisinya sebagai bank digital modern yang tumbuh sehat dan kompetitif.
Keterlibatan aktif karyawan melalui program kepemilikan saham menjadi strategi penting dalam meningkatkan loyalitas dan produktivitas. Semua ini mengarah pada tujuan besar: menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dan mempercepat transformasi digital sektor perbankan di Indonesia.