Sebuah momen menarik terjadi saat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menghadiri upacara gelar militer di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus) Batujajar, Jawa Barat. Dalam rangkaian acara tersebut, publik menyoroti ketika gibran tidak salami ahy yang juga hadir bersama sejumlah tokoh penting lainnya. Video dan foto momen ini dengan cepat menyebar di media sosial, memicu beragam komentar dan spekulasi.
Kejadian ini dianggap sebagian orang sebagai hal biasa di tengah padatnya protokol acara resmi, namun bagi sebagian lainnya, momen tersebut menimbulkan tanda tanya. Mengingat AHY merupakan Menteri Agraria dan Tata Ruang sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat, interaksi yang terlewat ini pun menuai perhatian ekstra. Apalagi, Gibran terlihat berinteraksi dengan beberapa pejabat lain, namun tidak dengan AHY.
Kronologi Kejadian di Upacara Militer
Upacara gelar militer ini dihadiri Presiden Prabowo Subianto, Wapres Gibran, serta sejumlah menteri dan tokoh politik seperti Bahlil Lahadalia, Zulkifli Hasan, dan Muhaimin Iskandar. Momen gibran tidak salami ahy terekam jelas ketika para tamu VIP berada di panggung kehormatan. Dalam video yang beredar, terlihat Gibran menyapa beberapa pejabat, namun melangkah melewati AHY tanpa berjabat tangan.
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa hal ini kemungkinan karena jalur yang dilalui Gibran mengikuti protokol yang telah diatur. Meski demikian, publik tetap memperbincangkannya, apalagi mengingat hubungan politik antara kubu Gibran dan AHY dalam dinamika pemerintahan maupun kompetisi politik nasional.
Reaksi Publik dan Media Sosial
Tidak butuh waktu lama, momen gibran tidak salami ahy menjadi topik hangat di platform X (Twitter), Instagram, hingga TikTok. Ada yang menilai hal ini sekadar momen terlewat karena padatnya acara, namun ada pula yang mengaitkannya dengan hubungan politik. Sejumlah pendukung AHY mengungkapkan kekecewaan, sementara pihak netral cenderung melihatnya sebagai bagian dari dinamika politik yang wajar.
Media nasional dan lokal juga ikut mengulas kejadian ini, melibatkan komentar dari pengamat politik, akademisi, hingga mantan pejabat. Semua pihak mencoba memberikan perspektif yang lebih luas terkait konteks dan dampak dari momen tersebut.
Analisa Pengamat Politik
Pengamat politik Rocky Gerung memberikan pandangannya bahwa gibran tidak salami ahy tidak seharusnya dibaca terlalu jauh sebagai indikator keretakan hubungan personal. Menurutnya, dalam acara formal seperti upacara militer, jalur protokol sangat mempengaruhi interaksi antar pejabat. Namun, ia juga tidak menutup kemungkinan bahwa momen ini akan dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk membangun narasi politik.
M. Setiyawan, akademisi ilmu politik, menambahkan bahwa publik sering kali terjebak dalam framing media sosial yang membesar-besarkan momen sederhana. Ia menekankan pentingnya memisahkan konteks formal acara dengan hubungan personal di luar acara.
Konteks Politik di Balik Momen
Meski gibran tidak salami ahy mungkin terjadi tanpa maksud tertentu, banyak yang melihatnya sebagai refleksi hubungan politik pasca-Pilpres. AHY yang sebelumnya menjadi bagian dari koalisi pendukung presiden, kini memegang posisi strategis di kabinet. Sementara Gibran, sebagai Wapres, memiliki dinamika tersendiri dalam menjalankan tugasnya.
Pengamat menilai bahwa hubungan antar elit politik sering kali diwarnai strategi komunikasi yang tidak selalu terlihat publik. Momen seperti ini, meski sederhana, bisa saja menjadi bagian dari sinyal politik yang dikirimkan secara halus.
Respon dari Kedua Pihak

Hingga berita ini ditulis, baik pihak Gibran maupun AHY belum memberikan pernyataan resmi terkait gibran tidak salami ahy di upacara militer. Namun, beberapa sumber di lingkaran terdekat keduanya menyatakan bahwa tidak ada masalah personal di antara mereka. Pihak Istana juga belum mengeluarkan keterangan resmi terkait kejadian ini.
Sementara itu, beberapa pendukung masing-masing pihak berusaha meredam isu ini agar tidak berkembang menjadi polemik yang lebih besar. Mereka menilai bahwa ada banyak agenda penting yang perlu mendapat perhatian dibanding membahas satu momen interaksi yang terlewat.
Dampak Terhadap Opini Publik
Tidak dapat dipungkiri bahwa momen gibran tidak salami ahy telah membentuk persepsi publik, terutama di kalangan netizen yang aktif mengikuti isu politik. Sebagian menganggapnya sebagai tanda dinginnya hubungan, sementara yang lain menilainya sebagai hal biasa. Perbedaan persepsi ini mencerminkan bagaimana publik mengonsumsi informasi di era media sosial yang serba cepat.
Kejadian gibran tidak salami ahy di upacara militer Batujajar menjadi contoh bagaimana sebuah momen sederhana bisa berkembang menjadi isu nasional di era digital. Meski konteksnya bisa jadi hanya prosedural, dinamika politik membuatnya tetap menarik untuk dibahas. Bagi sebagian pihak, ini hanyalah momen kecil, namun bagi yang lain, ini adalah cerminan dari hubungan politik yang lebih kompleks.
FAQ
1. Di mana kejadian ini berlangsung?
Di Pusdiklatpassus Batujajar, Jawa Barat, saat upacara gelar militer.
2. Siapa saja tokoh yang hadir?
Presiden Prabowo, Wapres Gibran, AHY, Bahlil Lahadalia, Zulkifli Hasan, dan Muhaimin Iskandar.
3. Apakah ada penjelasan resmi dari Gibran atau AHY?
Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari keduanya.
4. Mengapa momen ini jadi viral?
Karena dianggap unik dan memicu spekulasi tentang hubungan politik antara Gibran dan AHY.
5. Bagaimana tanggapan pengamat politik?
Pengamat menilai kejadian ini tidak perlu dibesar-besarkan dan kemungkinan besar hanya faktor protokoler.