FIFA kembali menjadi sorotan setelah muncul wacana serius mengenai potensi ekspansi Club World Cup menjadi 48 tim pada 2029. Wacana ini tidak datang tiba-tiba, melainkan dipicu oleh desakan sejumlah klub besar Eropa yang merasa dirugikan secara finansial karena tidak ambil bagian dalam edisi 2025. Setelah banyak tekanan dan analisa, akhirnya topik club world cup 48 tim menjadi pusat pembicaraan dan evaluasi FIFA. Klub-klub elite seperti Liverpool, Arsenal, Manchester United, AC Milan hingga Barcelona merasa bahwa keberadaan mereka penting bagi nilai komersial turnamen, apalagi ketika melihat jumlah hadiah uang yang ditawarkan oleh FIFA.
Kompetisi edisi 2025 yang akan digelar di Amerika Serikat akan diikuti oleh 32 tim, dan pemenangnya bisa mendapatkan hingga $125,8 juta atau sekitar £93,2 juta. Jumlah tersebut memang fantastis, tetapi jika dibandingkan dengan penghasilan klub seperti Paris Saint-Germain ketika menjuarai Liga Champions Eropa dengan 17 pertandingan, nilainya masih terpaut sekitar £25 juta. Ini membuat sejumlah klub yang gagal lolos merasa kehilangan peluang emas secara ekonomi. Club world cup 48 tim pun dianggap sebagai solusi dari kesenjangan kesempatan dan potensi nilai komersial tersebut. FIFA pun mempertimbangkan permintaan ini sebagai bagian dari evaluasi setelah edisi perdana format besar ini selesai digelar.
Saat ini, sistem Club World Cup hanya mengizinkan maksimal 12 klub dari Eropa untuk ikut serta. Itu artinya, meskipun banyak klub dengan basis fans besar dan prestasi tinggi, mereka tidak otomatis mendapatkan tempat. Salah satu contohnya adalah Liverpool, yang meskipun memenuhi salah satu kriteria prestasi Liga Champions antara 2021-2024, gagal lolos karena aturan pembatasan dua klub per negara. Situasi ini membuat tekanan dari Premier League semakin kencang agar batas dua klub per negara dihapus atau direvisi.
Sementara FIFA telah memberikan pengecualian aturan kepada klub yang menjadi juara Liga Champions atau kompetisi kontinental lainnya, hal ini menimbulkan ketimpangan. Brasil misalnya, bisa menyertakan empat klub karena mereka menang Copa Libertadores empat tahun berturut-turut. Real Madrid lolos karena dua kali menjadi juara Liga Champions pada 2022 dan 2024. Chelsea dan Manchester City juga otomatis masuk karena mereka menjadi juara pada periode yang ditentukan.
Situasi makin panas ketika klub-klub seperti Arsenal dan Milan yang punya prestasi dan pengaruh besar secara global merasa tidak mendapat ruang. Mereka berpendapat bahwa turnamen yang mengklaim ingin memperluas representasi global justru mengabaikan kontribusi penting dari klub Eropa yang sudah terbukti memiliki nilai jual tinggi. Tak heran jika dorongan ke arah format Club World Cup 48 tim makin menguat dari arah Eropa.
Mattias Grafström, Sekretaris Jenderal FIFA, mengonfirmasi bahwa semua opsi akan dibahas setelah edisi musim panas ini rampung. Ia menyatakan keterbukaan FIFA untuk berdiskusi dengan para klub dan konfederasi terkait struktur turnamen ke depan. Ia bahkan menyatakan keyakinannya bahwa masa depan kompetisi ini sangat besar dan penuh potensi, termasuk dari sisi komersial, jumlah peserta, dan kualitas pertandingan.
Salah satu poin penting yang ikut membentuk desakan ekspansi adalah persoalan hak siar dan pemasukan turnamen. DAZN, platform streaming olahraga, telah menyepakati nilai kontrak sebesar $1 miliar untuk hak siar global Club World Cup 2025. Di Inggris, Channel 5 sudah membeli hak siar untuk menayangkan 23 pertandingan. Hal ini mengindikasikan bahwa turnamen punya daya tarik besar secara global dan akan lebih menguntungkan jika diikuti oleh klub-klub papan atas Eropa.
Menariknya, dana untuk membiayai kesepakatan hak siar tersebut sebagian besar berasal dari investasi 10% yang dilakukan oleh SURJ Sports Investment milik Arab Saudi ke DAZN. Tak hanya itu, Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi juga diumumkan sebagai partner resmi turnamen ini. Keterlibatan sponsor lama FIFA seperti Adidas, Coca-Cola dan Visa juga kembali aktif, meskipun awalnya mereka sempat ragu terhadap format baru ini. Namun penjualan tiket di beberapa laga masih terpantau tidak merata.
Meskipun FIFA terlihat terbuka dengan usulan ekspansi, tidak semua pihak sepakat. FIFPRO, serikat pemain internasional, dan kelompok European Leagues telah melayangkan keluhan resmi ke Komisi Eropa. Mereka menuduh FIFA melakukan “abuse of dominance” karena tidak melakukan konsultasi menyeluruh terhadap dampak turnamen terhadap kalender pemain. Mereka khawatir padatnya jadwal kompetisi akan merugikan kesehatan dan kondisi fisik pemain.
FIFA membantah tudingan tersebut dan malah menuduh balik bahwa beberapa liga hanya mementingkan kepentingan komersialnya sendiri. Mereka juga menyebut adanya sikap hipokrit dari pihak-pihak yang menolak kehadiran Club World Cup namun di saat bersamaan mendukung kompetisi padat lainnya. Sampai saat ini, Komisi Eropa masih belum memutuskan apakah akan membuka investigasi atau tidak atas laporan tersebut.
Di sisi lain, bagi FIFA sendiri, ekspansi menjadi 48 tim untuk Club World Cup adalah sebuah langkah yang sejalan dengan arah kebijakan turnamen besar mereka. Mulai dari Piala Dunia pria tahun depan dan Piala Dunia wanita 2031, semuanya akan menggunakan format 48 tim. Maka memperluas format Piala Dunia Antarklub adalah konsistensi dalam menyatukan model kompetisi FIFA di semua level.
Langkah ekspansi ini tidak hanya berdampak pada kuota Eropa, tapi juga akan membuka peluang lebih luas bagi klub-klub Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Jika dieksekusi dengan baik, ekspansi ini bisa menciptakan panggung yang benar-benar global dan kompetitif, sekaligus menarik lebih banyak sponsor dan penonton. Turnamen ini bisa menjadi pesaing nyata Liga Champions dalam hal eksposur dan nilai komersial di masa depan.
Kesimpulan dari wacana ini cukup jelas: Club World Cup 48 tim adalah ide yang semakin mendapatkan tempat dalam diskusi FIFA, khususnya setelah melihat respon dan tekanan dari klub-klub besar Eropa. Jika edisi perdana dengan 32 tim sukses digelar tahun ini, maka sangat mungkin format baru akan resmi diumumkan sebelum 2029. Kita hanya tinggal menunggu bagaimana hasil evaluasi turnamen ini dan keputusan akhir FIFA dalam merancang masa depan kompetisi global paling prestisius di level klub.